Nov 19, 2015

Musim Pancaroba


Perlahan-lahan.
Senja membekuk. Jingga sinaran.
Terbias kelabu kesamaran.

Hari demi hari,

senja dan aku kian serasi.
Menjadi latarku 
di jalanan saban minggu.


Seharian di Maktabah Dar At-Tsaqafah dan bait syairnya nyata 

belum siap-siap juga.
Ah, masa.




Kecintaan pada seni bina biar di era apapun jua masih belum tergantikan


Aku kira, 
telah mampir musim pancaroba.
Yang di dalamnya ada pergelutan jiwa dan minda
juga prioriti dan masa.


Bimbang sekali

andai ranting qana'ah itu diselaputi lumut
tidak tegar aku melihat dedaunan hijau tawadhu' kelayuan
kesyukuran tak akan berbunga harum.

Ditatap sekilas,

pandangan aku lempar 
ke perkebunan jiran
pepohon tumbuh melata
berselerakan
memenuhi segenap kawasan
Tapi sayang,
tumbuhnya tidak dijaga berterusan
sang bunga langsung tidak kelihatan

Aku berkalih
perkebunan di kanan menyapa pandangan
hanya sebatang pohon yang tegak di halaman
batangnya menjulang 
dahannya dihinggap sang burung sekawan,
bersiulan.
Rerantingnya berceracakan,
lebat dedaunan segar kehijauan
buahnya ranum, 
aroma bebunga mewangi harum


Aku toleh ke laman sendiri,
hamparan kebun terbentang luas
namun,
lalang haloba memanjang 
yang barusan dicantas,
juga siap menggembur batas,
pepohonan ikhlas pun belum bertunas.

Terselam jiwa ke dasar hampa
dengan permisalan sendiri yang aku cipta,
nyata aku lemas.


Duhai diri yang alpa,
jiwa yang leka,
tahu tidak insan-insan yang tidak mudah kecewa itu bagaimana ?
Mereka adalah insan-insan yang pandai bersyukur.

Ada orang tak kuat lalu jalan kita.
Dan kita pun belum tentu kuat lalu jalan orang lain.
Hati-hati bila memulai segala sesuatu dengan ekspektasi.


Professional sejati adalah manusia yang tidak pernah berhenti menempa diri.
Moga hari ini kita mampu bangkit,
menjalani doa-doa semalam.
Bukankah ia membahagiakan ?




La Colline, Mohammedia
19112015

1 comment:

nnur_iman said...

Best kata2 nie..
smoga istiqamah dlm jalanNya..:)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Transparent Teal Star