Jul 22, 2017

Celaru Tidak Mesra



Galau bertahun yang tertahan
belum pernah dirusuh lawan
apatah lagi diangkat senjata, diisytihar perang
rupanya dengan pecutan waktu ia tertewaskan


Segala rasa terhambur bercempera
Bersendirian meneka-neka
setiap dari kita
seolah-olah sedang berada dalam perlumbaannya masing-masing
perlumbaan dengan diri sendiri,
perlumbaan dengan masa
dan kita pun mengerah seluruh tenaga
sedaya mampunya, sedaya mahunya

Adatnya, yang terpantas akan sampai dahulu,
menang, mendapat habuan dan kepuasan.
Yang kalah?
Berputih mata, terpinggir memerhatikan.
Dan barangkali ada juga yang tidak mensasarkan menang,
penyertaan baginya sekadar bukti kewujudan dan meraikan

Perlumbaan ini;
adakah cuma sekadar untuk melihat siapa yang terkedepan
dan siapa yang ketinggalan?
Lagi, diri terus menduga;
bahawa tiada siapa yang ingin salah berlumba.


Cempera-cempera rasa
menghasilkan celaru tidak mesra
dan banyak lagi rasa-rasa lain menyerbu,
bertempur, bercampur-baur
yang datangnya entah dari mana

Rasa; kadang tak mampu diungkap kata.
Kata; kadang mungkin saja menipu rasa.
Himpunan rasa yang menjadi doa,
moga hari-hari mendatang kan ada nyatanya






Kerana ini dunia.
Maka tiada yang namanya sengsara sentiasa
apatah lagi bahagia selamanya
yang ada, cuma kita
yang jiwanya harus yakin, menggagah menekuni setiap liku ketentuanNya


It's too often that we believe we can simultaneously take care of multiple things at the same time. Sweetpain feeling, again?

Bukankah melihatkan kesayangan-kesayangan kita gembira seharusnya kita berkongsi rasa?
Lalu mengapa yang terjadi malah sebaliknya?


Syukur, wahai diri!
Tuhan telah gagahkan kau kemari
Syukur, wahai hati!
Walau telah seberapa besar yang dirasakan, takkan pernah memadai.
If it's yours, it's yours and it'll be yours.
Fahami konsep rezeki, lagi dan lagi!
Dan jiwa, membumilah.


Sungguh, hati dan peranannya sama sekali bukanlah permainan bahasa.
Semua yang diaturkan punya hikmah yang sempurna.
'Alhamdulillah'.
Moga sampai bila-bila
menjadi hujung persoalan
untuk segala hal yang kita pasti
atau perkara yang kita ragukan.


- - - - - - - - - - - - - -


Akhir-akhir ini, jasad sibuk ke sana kemari, tapi hati dan minda kaku memikirkan hal diri sendiri,
sampai mungkin ada hak manusia-manusia sekeliling yang tidak diambil peduli.
Atas setiap salah laku yang membawa gundah, atau ketidak matangan diri yang terserlah,
mohon dimaafkan diri yang kerap ditewaskan emosi sendiri ini, yang sedang teruji dengan nilai-nilai dan prinsip diri.

Penghujung Eidl Fitri,
dan sebaik-baik graduasi bukanlah semata-mata dengan menyarung jubah dan membaling topi, tapi saatnya diri menang mengendali emosi, dalam keadaan jiwa dan hati yang redha lagi diredhai Rabbi.
Duhai diri, waktu itu pasti akan datang.
Selamat menekuni sabar dalam penantian.

Untuk kesekian kalinya, [41:30] mengelus hati memujuk diri menggagah, mengangkat rebah.
Pesan bonda, "...kena jadi kattang, jiwa tu dokleh dokrok cettong!"
Dan tidak ada yang sungguh-sungguh saya mohonkan, melainkan setiap sesuatu yang terjadi, setiap jatuh bangun, sendu tawa tangis hiba ini menjadikan saya hamba yang lebih baik, yang ikhlas menjalani setiap ketentuan, yang yakin dengan setiap keputusan, yang hatinya berkompaskan keimanan, walau hakikat iman masih senipis kulit bawang.





Senja telah berlabuh, langit sepi mentafsir mimpinya sendiri
Esok hari ia kan cerah kembali, disinar sang mentari
dengan perkenan Rabbi
Tambah-tambah musim panas ini, lebih saya cintai pagi
barangkali kerana berasa terlindung dengan kecepatan detik?
 
Akhir Syawal, 22072017
Di tengah hiruk pikuk kota
 
 
 

 

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Transparent Teal Star